laman

Senin, 29 Desember 2014

Biji Kamaru Segantang Dua Ribu

Seorang gadis muda yang hidup berkecukupan merantau di sebuah kota kecil. Kesibukannya sehari-hari adalah bekerja sebagai seorang pegawai negeri dan ia menghabiskan waktunya hanya di rumah dan di kantor. Ia tidak memiliki keluarga di kota tersebut.

Setiap keluar rumah, entah ke kantor atau ke pasar, ia selalu melalui jalan yang melewati sebuah rumah kecil bantuan dari perusahaan tambang setempat. Seorang nenek dan kakek, si penghuni gubuk itu, selalu tersenyum dan terkadang menanyakan kabar ibu gadis ini. Kebetulan ia pernah bertemu sang ibu dan membantunya mengangkat barang-barang. Gadis ini tetap sopan dan menjawabnya dengan baik.

Suatu hari ketika si gadis hendak pulang ke rumah, ia bertemu dengan nenek itu. Melihat nenek itu berpakaian rapi dan membawa sebuah kantong, gadis itu menghentikan motornya.
Ilustrasi (www,kaskus.co.id)
Gadis : “Ina mau kemana?”
Nenek : “Mau ke pasar. Mau jual ini”, sambil mengangkat kantongnya.
Gadis : “Itu apa Ina?”
Lantaran nenek itu lupa apa yang dijualnya. Ia menunjukkannya. “Ini… mmmm… “
Si gadis yang melihatnya langsung berkata. “Oh biji nangka?”
Kata Ina bukan, itu adalah biji kamaru. Si gadis kaget. Ya Allah, nenek ini pergi menjual di pasar biji kamaru. Siapa yang mau beli?? Kalaupun habis terjual, paling dapatnya dua puluh ribu saja. Memang uang segitu cukup? Bagaimana kehidupan sang nenek selama ini kalau begitu? Segitu sulitnya kah keuangan si nenek? Menjual biji kamaru, siapa yang mau beli?
Gadis itu melanjutkan, “Dijual berapa itu Ina?”
“Dua ribu. Segantang begini dua ribu”.
Gadis ini benar-benar tersentuh melihat keadaan nenek ini. Ia memutuskan untuk membeli jualannya. Ia melebihkan pembayarannya. Si nenek tampak sangat tersentuh dan menjabat tangan gadis ini. Ia mengucapkan terima kasih dengan haru. Ia mendoakan kemudahan rejeki bagi si gadis. Dan entah apalagi yang ia katakan, si gadis tidak mengerti karena si nenek sudah berbicara dalam bahasa daerah. Pada saat itu juga, si gadis pamitan sama nenek itu karena akan segera pindah tugas.
“Ina, sa sudah dipindah ini. Maaf di kalau selama ini saya ada salah sama Ina. Ina sehat-sehat di.”
Si gadis merasa terharu. Padahal nenek ini hanyalah tetangganya yang cuma saling kenal muka. Tapi tidak disangka, gadis ini merasa sedih juga akan berpisah.

Kemudian ceritanya tidak berakhir sampai disitu saja. Malam harinya si gadis tidak dapat tidur. Ia terus teringat akan peristiwa pagi itu. Ia merasa sangat menyesal dan merasa dirinya jahat karena apa yang ia berikan kepada sang nenek tidaklah seberapa dengan apa yang dimilikinya dan diberikannya kepada rekan-rekannya selama ini. Ia selalu berbagi kepada teman-temannya, baik itu kepada rekan kerjanya maupun kepada rekan seperjuangannya yang notabene mereka adalah orang-orang yang berkecukupan. Gadis ini berpikiran bahwa kebaikannya selama ini mungkin kurang tepat sasaran. Ia menyadari, sangat berbeda ucapan terima kasih dari seseorang yang benar-benar merasa tertolong dengan yang berkecukupan. Bahkan si gadis kemudian teringat akan kelalaiannya selama ini. Setelah segala kebutuhannya dapat tercukupi dengan baik, ia melupakan banyak hal. Hal-hal yang kecil dan sedikit. Biji kamaru dengan harga dua ribu rupiah. Itu hanya senilai berapa rupiah? Si gadis lupa. Terlena dengan keadaannya yang sekarang. Ia lupa pada perasaan CUKUP dan bersyukur dengan yang sedikit. Bagi si gadis, uang dua ribu rupiah itu tidak berarti sangat besar karena ia punya yang lebih besar. Tapi coba lihat si nenek, apa arti dua ribu rupiah baginya. Ia menjual sesuatu yang aneh demi uang beberapa rupiah atau bahkan demi mendapat dua ribu rupiah per gantang. Segitu besarnya makna puluhan rupiah atau pun dua ribu rupiah bagi sang nenek. Karena ia mungkin tidak memiliki yang besar, jadi ia sangat menghargai yang kecil.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 “Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...