Seorang gadis muda yang hidup
berkecukupan merantau di sebuah kota kecil. Kesibukannya sehari-hari adalah
bekerja sebagai seorang pegawai negeri dan ia menghabiskan waktunya hanya di
rumah dan di kantor. Ia tidak memiliki keluarga di kota tersebut.
Setiap keluar rumah, entah ke
kantor atau ke pasar, ia selalu melalui jalan yang melewati sebuah rumah kecil
bantuan dari perusahaan tambang setempat. Seorang nenek dan kakek, si penghuni
gubuk itu, selalu tersenyum dan terkadang menanyakan kabar ibu gadis ini.
Kebetulan ia pernah bertemu sang ibu dan membantunya mengangkat barang-barang.
Gadis ini tetap sopan dan menjawabnya dengan baik.
Suatu hari ketika si gadis hendak
pulang ke rumah, ia bertemu dengan nenek itu. Melihat nenek itu berpakaian rapi
dan membawa sebuah kantong, gadis itu menghentikan motornya.
Ilustrasi (www,kaskus.co.id) |
Gadis : “Ina mau kemana?”
Nenek : “Mau ke pasar. Mau jual
ini”, sambil mengangkat kantongnya.
Gadis : “Itu apa Ina?”
Lantaran nenek itu lupa apa yang
dijualnya. Ia menunjukkannya. “Ini… mmmm… “
Si gadis yang melihatnya langsung
berkata. “Oh biji nangka?”
Kata Ina bukan, itu adalah biji kamaru.
Si gadis kaget. Ya Allah, nenek ini pergi menjual di pasar biji kamaru. Siapa
yang mau beli?? Kalaupun habis terjual, paling dapatnya dua puluh ribu saja. Memang
uang segitu cukup? Bagaimana kehidupan sang nenek selama ini kalau begitu? Segitu
sulitnya kah keuangan si nenek? Menjual biji kamaru, siapa yang mau beli?
Gadis itu melanjutkan, “Dijual berapa
itu Ina?”
“Dua ribu. Segantang begini dua
ribu”.
Gadis ini benar-benar tersentuh
melihat keadaan nenek ini. Ia memutuskan untuk membeli jualannya. Ia melebihkan
pembayarannya. Si nenek tampak sangat tersentuh dan menjabat tangan gadis ini.
Ia mengucapkan terima kasih dengan haru. Ia mendoakan kemudahan rejeki bagi si
gadis. Dan entah apalagi yang ia katakan, si gadis tidak mengerti karena si
nenek sudah berbicara dalam bahasa daerah. Pada saat itu juga, si gadis pamitan
sama nenek itu karena akan segera pindah tugas.
“Ina, sa sudah dipindah ini. Maaf
di kalau selama ini saya ada salah sama Ina. Ina sehat-sehat di.”
Si gadis merasa terharu. Padahal nenek
ini hanyalah tetangganya yang cuma saling kenal muka. Tapi tidak disangka,
gadis ini merasa sedih juga akan berpisah.
Kemudian ceritanya tidak berakhir
sampai disitu saja. Malam harinya si gadis tidak dapat tidur. Ia terus teringat
akan peristiwa pagi itu. Ia merasa sangat menyesal dan merasa dirinya jahat
karena apa yang ia berikan kepada sang nenek tidaklah seberapa dengan apa yang
dimilikinya dan diberikannya kepada rekan-rekannya selama ini. Ia selalu
berbagi kepada teman-temannya, baik itu kepada rekan kerjanya maupun kepada
rekan seperjuangannya yang notabene mereka adalah orang-orang yang
berkecukupan. Gadis ini berpikiran bahwa kebaikannya selama ini mungkin kurang
tepat sasaran. Ia menyadari, sangat berbeda ucapan terima kasih dari seseorang
yang benar-benar merasa tertolong dengan yang berkecukupan. Bahkan si gadis
kemudian teringat akan kelalaiannya selama ini. Setelah segala kebutuhannya
dapat tercukupi dengan baik, ia melupakan banyak hal. Hal-hal yang kecil dan
sedikit. Biji kamaru dengan harga dua ribu rupiah. Itu hanya senilai berapa
rupiah? Si gadis lupa. Terlena dengan keadaannya yang sekarang. Ia lupa pada
perasaan CUKUP dan bersyukur dengan yang sedikit. Bagi si gadis, uang dua ribu
rupiah itu tidak berarti sangat besar karena ia punya yang lebih besar. Tapi
coba lihat si nenek, apa arti dua ribu rupiah baginya. Ia menjual sesuatu yang
aneh demi uang beberapa rupiah atau bahkan demi mendapat dua ribu rupiah per
gantang. Segitu besarnya makna puluhan rupiah atau pun dua ribu rupiah bagi
sang nenek. Karena ia mungkin tidak memiliki yang besar, jadi ia sangat
menghargai yang kecil.
Dari
Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Pandanglah
orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah
engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan
demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar