laman

Rabu, 10 April 2013

Istilah-istilah dalam informasi iklim

Istilah-istilah ini biasanya dipakai dalam buku-buku prakiraan maupun buletin-buletin yang diterbitkan oleh BMKG. Beberapa istilah tersebut mungkin belum banyak dipahami oleh masyarakat. Hal ini dapat mengakibatkan kesalahan dalam menafsirkannya. Dalam buku prakiraan ataupun buletin memang telah ada penjelasan tentang istilah-istilah ini. Namun, tidak menjadi soal jika kita memahaminya terlebih dahulu. Melalui tulisan ini, mari kita mengenal istilah-istilah dalam informasi iklim.

Istilah-istilah dalam informasi iklim:

1.       Curah hujan (mm)

Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter.

2.       Zona musim (ZOM)

ZOM adalah daerah yang pola hujan rata-ratanya memillki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan musim hujan. Sebaliknya, daerah-daerah yang  pola hujan rata-ratanya tidak memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan musim hujan disebut Non ZOM.

Luas suatu wilayah ZOM tidak selalu sama dengan luas suatu wilayah administrasi pemerintahan. Dengan demikian, satu wilayah ZOM bisa terdiri dari beberapa kabupaten, dan sebaliknya satu wilayah kabupaten bisa terdiri dari beberapa ZOM.

Berdasarkan hasil analisis data periode 30 tahun (1981-2010), secara klimatologis wilayah Indonesia memiliki 407 pola hujan, dimana 342 pola merupakan zona musin. Daerah ZOM pada umumnya memiliki 1 kali puncak hujan dalam setahun (pola monsun). Sedangkan 65 pola lainnya adalah non zona musim. Daerah non ZOM pada umumnya memiliki ciri mempunyai 2 kali puncak hujan dalam setahun (pola ekuatorial), sepanjang tahun curah hujannya tinggi. Sementara itu, daerah non ZOM pada beberapa tempat curah hujan bulanan selalu rendah sepanjang tahun.

3.       Awal musim kemarau

Ditetapkan berdasar jumlah curah hujan dalam satu dasarian (10 hari) kurang dari 50 milimeter dan diikuti oleh dua dasarian berikutnya. Awal musim kemarau, bisa terjadi lebih awal (maju), sama, atau lebih lambat (mundur) dari normalnya (rata-rata 1981-2010)

4.       Awal musim hujan

Ditetapkan berdasar jumlah curah hujan dalam satu dasarian (10 hari) sama atau lebih dari 50 milimeter dan dikuti oleh dua dasarian berikutnya. Awal musim hujan, bisa terjadi lebih awal (maju), sama, atau lebih lambat (mundur) dari normalnya (rata-rata 1981-2010)

5.       Dasarian

Adalah rentang waktu selama 10 (sepuluh) hari. Dalam satu bulan dibagi menjadi 3 (tiga) dasarian, yaitu :
Dasarian I : rentang waktu mulai tanggal 1 sampai dengan 10
Dasarian II : rentang waktu mulai tanggal 11 sampai dengan 20
Dasarian III : rentang waktu mulai tanggal 21 sampai dengan akhir bulan

6.       Sifat hujan

Merupakan perbandingan antara jumlah curah hujan selama rentang waktu tertentu (bulanan, tahunan, atau satu periode musim) dengan jumlah curah hujan normalnya (rata-rata selama 30 tahun periode 1971-2000)
Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu:
Atas Normal (AN) : jika nilai curah hujan lebih dari 115% dari rata-ratanya
Normal (N) : jika nilai curah hujan antara 85% - 115% dari rata-ratanya
Bawah Normal (BN) : jika nilai curah hujan kurang dari 85% dari rata-ratanya

7.       Standar normal

Diperoleh berdasarkan perhitungan rata-rata periode baku selama 30 tahun. Periode tersebut diawali tanggal 1 januari 1901 dan diakhiri oleh tahun dengan angka 0 (nol), yaitu : 1901-1930, 1931-1960, 1961-1990, 1991-2020 dst.

8.       Normal

Diperoleh berdasarkan perhitungan rata-rata selama 30 tahun, dengan periode tahun sembarang (tidak seperti standar normal). Contoh periode tersebut yaitu 1951-1980, 1971-2000 dst.

9.       Rata-rata

Diperoleh berdasarkan perhitungan rata-rata dengan periode paling sedikit selama 10 tahun. Contoh periode tersebut, yaitu 1951-1960, 1961-1980, 1975-1985 dst.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...