laman

Kamis, 27 Desember 2012

Catatan perjalanan menuju Mahameru

Gunung Semeru – 3676 mdpl


12 Oktober 2012: Aku dan Lis memulai perjalanan dari Pare Kediri menuju Malang selama kurang lebih 3 jam dari pukul 10.45-13.35 WIB via bus antar kota. Kami turun di terminal Landung Sari dan membayar biaya perjalanan sebesar Rp 15.000.

Kami sangat terburu-buru saat itu. Teman kami, Bastian, Yosi dan Ibel telah sampai terlebih dahulu di Beskem Semeru Pasar Tumpang. Mereka berangkat dari Jakarta ke Malang dengan kereta api sehari sebelumnya.

Dari Landung Sari, kami melompat ke Arjosari (sulit sekali membedakannya) dengan angkot LA selama kurang lebih 1 jam seharga Rp 3.000. Selanjutnya Arjosari ke Pasar Tumpang selama kurang lebih 1 jam naek angkot lain seharga Rp 5.000. Ternyata perjalanan dari Landung Sari ke Pasar Tumpang cukup panjang sehingga kami benar-benar telat sampai di Beskem. Padahal teman-teman kami disana sudah menunggu dari sebelum sholat Jumat. Kami sangat merasa bersalah. Rencana dan estimasi waktu pun akhirnya berubah. Kami mengacaukannya :(

Kami sampai di beskem sore hari dan segera bersih-bersih. Kami terpaksa harus menginap di rumah Pak Rus (pemilik rumah yang menjadi beskem) menunggu angkutan ke Ranupane esok pagi. Jalurnya cukup berbahaya untuk perjalanan malam hari. Angkutannya pun tidak setiap hari karena sistem mereka adalah ketika ada pendaki maka mereka akan memberikan tumpangan.

Sabtu, 13 Oktober 2012 pada pukul 05.15 WIB kami memulai perjalanan menuju Ranupane dengan truk Pak Rus. Saat itu ada 17 orang yakni kami 5 orang ditambah rombongan dari surabaya 11 orang yang bermaksud ke danau Ranukumbolo dan 1 orang pria dari Gresik yang akan menjadi teman seperjalanan kami. Masing-masing kami dikenai biaya Rp 30.000. Harga bisa berubah-ubah sesuai dengan jumlah penumpang.

Perjalanan menuju Ranupane kalau kata Syahrini, sesuatu banget yaa.. Tanjakan-tanjakan curam, belokan2-belokan tajam, jalan sempit dan rusak serta kiri kanan jurang membuat deg-degan. Salut sama bapak supirnya yang bisa menaklukan jalan tersebut. Di tengah perjalanan, kami melalui gunung Bromo yang lapang dan indah. Apalagi saat itu kami melihatnya dari ketinggian dan cuaca sedang tersenyum manis, uuhhhh kapasole kuneee.....

Kami sampai di Ranupane pukul 07.00 WIB. Nyampe-nyampe kelaparan. Kami makan nasi kare dulu yang kata kenalan sesama pecinta alam sangat nikmat. Harganya Rp 9.000 dan rasanya, ya enak.

Sebelum naik, kami harus registrasi dulu dengan menyertakan fotokopi KTP dan Surat Keterangan Sehat dan biaya sebesar Rp 33.500 untuk 6 orang, aku, Lis, Bastian, Yosi, Ibel, dan Mas Bayu (dari Gresik) yang kebetulan bertemu kami di sana. Memanglah untuk gunung yang satu ini kita harus menyertakan surat keterangan sehat yang notabene gunung ini adalah gunung tertinggi di pulau Jawa dan masih menyemburkan gas beracun. Hiiiyyyy.....

Bastian-Lis-Naya-Ibel-Yosi-Mas Bayu
Sebelumnya kami mengepak dan memeriksa kembali barang-barang kami. Semua siap dan kami berangkat pada pukul 08.33 WIB. Sampai di pos 1 pukul 09.40. Lumayan jalannya masih tidak begitu nanjak. Dengan sedikit-sedikit istirahat (hehe) kami sampai di Danau Ranukumbolo jam 12-an setelah melalui 4 pos sebelumnya. Sudah banyak tenda yang berdiri di Ranukumbolo. Banyak yang melakukan perjalanan hanya untuk melihat keindahan danau ini. Tujuan akhir mereka bukanlah puncak Semeru melainkan Danau Ranukumbolo. Tapi kami berbeda. Bagi kami, tujuan akhir kami adalah kosan masing-masing. :)

Danau Ranukumbolo
Di Ranukumbolo kami makan, sholat dan istirahat (ishoma atau mashoi ya? ^^). Jam 2 siang kami mulai melanjutkan perjalanan lagi. Meninggalkan keindahan Ranukumbolo dan menyambut keindahan selanjutnya. Tantangan berikutnya kami harus melalui tanjakan cinta (aseeekkkk.....) Katanya sih kita ga boleh noleh ke belakang nih. Ini menguji kesetiaan gitu. Wah cerita darimana dan sejak kapan ya? -,- 

Setelah naik tanjakan cinta yang lumayan wow capeknya kami harus menuruni bukit lagi (Heuh sudah capek2 naek turun lagi. Hufft..). Di hadapan kami terpampang padang lavender yang ternyata walau semua sudah kering, eh masih cantik juga. Di belakang kami berdiri tegak bukit Teletabis yang indah. Subhanallah...

Tapi keindahannya tidak berhenti disitu saja. Selanjutnya kami sampai di Cemoro Kandang yang artinya
kandang cemara. Wuiiihhhh banyak pohon cemara yang tinggi-tinggi. Terus kalo noleh ke belakang lagi, pemandangan padang lavender dan bukit teletabis bikin semua lelah hilang.

padang lavender (di belakang tampak bukit teletabis)
Target berikutnya adalah menuju pos Jambangan. Jalurnya sih ga nanjak-nanjak banget tapi jauuuhh pisan euy kalau kata orang Sunda. Biasa kan antar pos tuh deket-deket aja, nah giliran yang ini jauh amat. Di balik bukit. Di sini kami banyak istirahat karena mungkin tenaga sudah banyak diforsir pada perjalanan sebelumnya. Kami sampai di jambangan pukul 16.55 WIB. Dari sini puncak gunung Semeru sudah terlihat. Berdiri kokoh dan tampak gersang karena dipenuhi pasir pada puncaknya.

Tampak puncak semeru dari pos Jambangan
Dengan semangat yang tersisa kami lanjut ke Kalimati. Jalannya turun lewat hutan cantigi dan edelweiss. Ini nih yang bikin tarik napas panjang. Udah naek eh turun lagi TT. Tapi pemandangan indah yang terhampar membuat semangat bangkit lagi. Satu hal yang baru saya sadari adalah bahwa perjalanan sebelumnya dari pagi hingga sore hari hanyalah pembukaan saja. Ternyata kami masih berada jauh dari puncak. Masih seperti berada di kaki gunungnya. Perjalanan kami masi panjang. Wooow......

Kami mendirikan tenda di Kalimati. Emang tujuan nginap para pendaki umumnya di Ranukumbolo dan Kalimati karena di pos-pos ini ada sumber air. Ranukumbolo kan emang danau tapi yang Kalimati ini ya kali yang mati. Sumber air ada sih tapi lumayan sekitar 15 menit perjalanan ke arah barat. Sumber airnya pun terbatas karena cuma cucuran air dari bebatuan jadi harus sabar menunggu sampai botol penuh.

Ada banyak yang nenda juga nih di kalimati. Para pendaki dalam maupun luar negeri. Yang dari luar sih biasanya pake porter jadi lumayan ga begitu capek.

Kami beristirahat dan makan dan tidur seharian. Membalas perjalanan kami kemarin seharian pula. Menu makannya enak enak karena ada koki Lis dan Bastian. Seharian nenda kami pakai untuk beristirahat dan maen kartu dan poto-poto dan kumpul-kumpul. Merupakan hal yang menyenangkan bisa menghabiskan waktu bersama mereka :).

nenda di kalimati
Keesokan harinya di hari senin jam 12 malam kami mulai muncak. Sebelumnya kami minum jahe hangat dulu dan makan bubur kacang ijo. Biar kuat dan tahan banting. Hahai XD. Ingatlah, tidak usah bawa carier anda ke puncak. Cukup bawa tas kecil yang isinya minuman, makanan, kamera, alat sholat, obat-obatan dan keperluan penting lainnya. Jangan lupa memakai kaos tangan, masker, sepatu dan jaket anti dingin.

Jalan masuk menuju puncak agak membingunkan di malam hari begini. Kami hampir saja kesasar. Medan berikutnya lain lagi dari yang sebelumnya. Sekarang kami hadapi jalan yang berdebu dan nanjak abisss... Aku yang napasnya pendek kalo udah gini banyak minta istirahatnya^^.

Sampai di pos berikutnya yaitu Arcopodo 1 jam kemudian. Kami bertemu 1 rombongan bule-bule itu. Mereka cukup kuat juga. Selanjutnya menuju puncak. Jalurnya benerbener minta ampun deh. Kali ini beda lagi yang harus kami hadapi. Pasiiiiirrrr..... kayak di Gunung Merapi tapi yang ini pasirnya labil beudh kalo kata anak alay. Melangkah naik harus pelan-pelan kalo gak bisa merosot lagi. Kalo kata lis, naek 3 langkah turun 1 langkah. Untung ada bulan dan bintang yang menemani perjalanan kami. Trus kalo noleh ke belakang, hamparan hutan dan bukit-bukit terbentang luas. Oh indahnya Indonesiaku :D. Kurang lebih 5 jam perjalanan melalui medan berpasir. Aku sudah kedinginan bukan maen sampai menggigil. Debu dan pasir sudah masuk ke dalam hidung dan mata. Lapar dan capek. Padahal carier kami (akunya sih daypack aja :D) ditinggal di tenda dan kami naek dengan enteng. Aku Cuma bawa tas kamera. Lis dan bastian bawa tas daypack dan Yosi dan Ibel ga bawa apa-apa. Tapi tetep capek banget.

Matahari mulai muncul dari balik bukit. Bastian dan Ibel sudah duluan di depan dan tidak kelihatan. Yosi, Lis dan Mas Bayu masih di belakang bersama beberapa bule-bule itu. Aku lapaaarrrr.... yang ku tahu makanan satu-satunya ada sama Bastian yang sudah jauh di atas. Oh Tuhan. Lapar, menggigil kedinginan dan capek. Rasanya pengen nyerah aja. Biasanya sih kalo naek gunung ngomongnya, “Kalo ga nyampe puncak kayak ga naek gunung”. Tapi kali ini bener-bener ga peduli dengan puncak. Udah nyerah aja. Jalannya susah karena berpasir. Harus pelan-pelan kalo ga merosot ke bawah. Kadang ga ada yang bisa jadi tumpuan. Dinginnya bukan maen. Kadang harus merangkak. Dan puncaknya belum kelihatan. Baru kali ini naek gunung kayak gini. Pernah naek Merapi tapi ga segininya. Yah sekitar 3 jam perjalanan melalui medan berpasir.

Dan karena laparnya bukan maen, aku mencari-cari Bastian dan mengejarnya. Sialnya Bastian sudah sampai puncak. Jadinya aku harus mengejarnya ke puncak. Sama aja aku ke puncak deh. Ckck... Walau tujuan utama mengejar es buah yang dibawa Bastian, imbasnya aku sampai puncak deh. Hehe... Dengan sisa2-sisa tenaga yang ada aku menyemangati diriku dengan es buah. Aku naik 3x30 langkah dan istirahat. Begitu terus ku lakukan sampai aku bisa tiba di puncak. Ku hitung 1 sampai 30 dan ku ulangi sebanyak 3 kali lalu istirahat. Sepatuku ku benamkan dalam pasir agar aku tidak merosot. Yosi mendahuluiku. Lis dan Mas Bayu masih di belakang. Aku pikir mereka sudah menyerah karena mereka masih jauh di belakang.

Dan akhirnya aku sampai di puncak tertinggi pulau Jawa ini. Aku benar-benar terharu. Aku sampai menangis karena tidak percaya aku bisa. Aku yang orang Sulawesi ini sudah sampai di Jawa dan sudah sampai di tempat tertinggi pulau Jawa. Wuiiihhh….. Gunung Semeru dengan ketinggian 3676 mdpl. Mana dengan segala keadaan yang sudah aku jelaskan sebelumnya. Benar-benar suatu  pencapaian yang luar biasa bagiku. Aku sudah naek beberapa gunung tapi ini yang paling mengharukan. Hiks...

Aku menunda foto-foto dan menikmati keindahan puncak ini. Aku harus mengisi perutku yang kosong dulu. Aku langsung menghambur ke Bastian dan makan es buat dan biskuit (ternyata ada biskuit juga) dibalik jas hujan. Bukan karena lagi hujan tapi anginnya bikin semriwing. Dinginnya bikin menggigil.

puncak semeru
Lis bener-bener serius berganti kostum di puncak dengan Pakaian Dinas Upacara Besar (PDUB). Pakaian ini merupakan seragam kampus kami di AMG yang dipakai saat wisuda dan upacara 17-an. Mungkin dia mau merayakan wisudanya yang baru saja November kemarin dilaksanakan. Lain lagi dengan Ibel dan Bastian. Mereka sudah menyiapkan batik untuk dipakai di puncak. Hadeuh... Bener-bener deh. Unik sekaligus lucu. Yosi dan Mas Bayu biasa aja. Aku sendiri pun sama, tetap dengan jaket Wanasetya yang selalu ku pakai setiap naik gunung.

Mahameru, puncak semeru, atas nama wanasetya
Tidak boleh berlama-lama di puncak. Sekitar jam 10 pagi gas beracunnya sudah mulai keluar. Kami harus segera turun. Turunnya lebih enak dan lebih cepat karena tinggal meluncur aja di atas pasir. Ya tetap harus hati-hati sih. Dan perhatikanlah jalan keluarnya. Jangan sampai kesasar seperti aku waktu itu. Lantaran aku lewat jalur yang berbeda dari yang lain. Tetaplah dalam rombongan karena jalur keluarnya agak susah ditemukan. Paling tidak kalo kesasar, kesasar rame-rame. Hehe….

Kami segera balik ke Kalimati, istirahat. Kemudian di sore hari kami segera beranjak menuju Ranupane dimana Pak Rus sudah menunggu kami dengan truknya siap membawa kami balik ke pasar Tumpang, beskem Semeru.

Keesokan harinya kami semua balik ke tujuan kami masing-masing. Aku dan Lis balik ke Pare menyelesaikan kursus bahasa inggris kami. Bastian dan Yosi menuju Surabaya untuk melanjutkan perjalanan berikutnya ke Gunung Rinjani di Mataram. Ibel balik ke kampungnya di Bogor. Dan mas Bayu balik ngantor ke Gresik.

Kami sudah melakukan berbagai perjalanan mendaki gunung. Mulai dari ketika kami tergabung dalam Wanasetya. Banyak cerita yang terjadi. Berbeda pada setiap perjalanan. Dan bagiku mungkin inilah pendakian terakhir bersama mereka. Setelah ini kami akan berpisah dan menjalankan kehidupan masing-masing. Balik ke daerah penempatan masing-masing. Mungkin masih ada kesempatan di lain waktu tapi aku menyangsikan bisa bersama mereka lagi. Aku pun menganggap mungkin inilah pendakian gunungku yang terakhir. Saatnya pulang ke rumah. Ke kendari, Sulawesi Tenggara.

Semoga tulisan ini bermanfaat untuk anda sekalian. Mungkin tidak seseru kisah 5 cm tapi aku pastikan ini adalah kisah nyata dari kami 6 orang pendaki gunung dari berbagai daerah. Untuk para pendaki semoga bisa menjadi gambaran akan gunung semeru. Untuk yang bukan pendaki semoga mendapatkan gambaran akan keindahan gunung semeru dan perjuangannya.

Salam pecinta alam ^^
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...