laman

Kamis, 30 Juni 2011

Guru Korsa

Senyum tipis terurai di wajahnya. Tampak sinis dan angkuh. Baginya semua membosankan. Masih jelas di ingatanku ketika pertama kali bertemu dengannya di barisan Pleton 3 OSPEK dan MADABINTAL. Dengan wajah penuh keheranan dia berkata, “Saya pikir pasukan PETA telah dibubarkan sejak tahun 1945”.
***
Dalam ruangan kelas yang cukup nyaman dengan AC berada tepat di samping atasku membuat kantuk yang tidak tertahankan. Ditambah lagi harus menghadapi pelajaran Astronomi yang bagiku seperti berada di dunia kosmik. Hoaaahhhmmm.... Berkali kali aku menguap. Aku mengawasi sekeliling. Biasanya saat-saat seperti ini ada si Ucheng yang super usil mengambil foto teman-teman yang pada ngantuk. Eh, ternyata Ucheng malah sedang tidur di sudut kelas. “Hihihi..... seperti bayi beruang saja”, ucap benakku.
Tatapanku terus melayang dan terhenti pada satu sosok pria yang bagiku sangat menjengkelkan. Dia tampak serius sekali. Tidak ada rasa kantuk yang tergurat di wajahnya. Senyumnya saat itu seperti aku ketika berhasil memasukkan bola ke dalam ring. Penuh kemenangan. Tiba-tiba saja dia mengacungkan jari. Khayalanku terhenti. Ia mengacungkan jari untuk maju mengerjakan soal trigonometri bola yang pak Sholohin sendiri akui bahwa dirinya membutuhkan waktu sehari semalam untuk menyelesaikannya. Semua terkejut dengan sorakan pak Sholihin.
“Bravo... Bravo... Empat jempol untuk kamu Andi!”
Huh!!! Begitu saja dikatakan hebat. Bagiku itu biasa saja. Di luar sana juga banyak yang bisa menyelesaikannya. Kalau dia bisa mempraktekkan rumus trigonometri bola untuk memasukkan bola basket dengan lemparan three points dalam 10 lemparan berturut-turut, itu baru yang namanya bravo. Pak Sholihin terlalu berlebihan menilainya.
***
Walau langit sedikit mendung tapi bagiku hari ini adalah hari yang paling cerah dalam seminggu. Hari yang aku tunggu-tunggu sejak senin, selasa, rabu, kamis dan sekarang jumat. Hari ini benar-benar bebas. Aku tidak perlu memikirkan tugas Meteorologi Umum, tugas kelompok Fisika, tugas Meteorologi Synoptik, hapalan sandi Past dan Present Weather, bahkan aku tidak perlu memikirkan pakaianku yang belum aku cuci seminggu ini. Pokoknya hari ini hari bebas bagiku. Aku sangat suka berolahraga. Tidak ada beban dan tidak ada rasa kantuk. Bahkan teriakan-teriakan senior yang mengabsen satu per satu kesalahan kami tingkat I tidak memadamkan semangatku. Bending di jumat pagi bagiku tidak seberapa.
Akan tetapi sangat berbeda 180 derajat dengan pria di ujung sana. Setiap olahraga pagi wajahnya selalu tidak ceria. Bersungut-sungut. Tidak ada senyum. “Apa Andi tidak tahu cara tersenyum ya?”, pikirku. Apa yang orang ini pikirkan. Saat di kelas menunggu dosen yang telat masuk, teman-teman pada asyik bercerita dan memperagakan gaya senior Rama yang menjengkalkan, ia malah nyudut dengan buku di tangannya. Saat belajar kelompok di basecamp Pleton Meteo I E, ia malah nyudut dengan buku di tangan dan headset di telinganya. Saat teman-teman berharap dapat lolos seleksi Marching Band Bahana AMG, ia yang lolos malah disia-siakan. Saat saya berkata hore di setiap akhir pelajaran, ia malah menghela nafas panjang. Hah! Entah siapa yang aneh.
***
Kejadian langka pagi ini aku bangun lebih awal dan ke kampus pun lebih awal. Sepagi ini tentu saja TIBTAR belum datang bahkan mungkin belum beranjak dari tempat tidur. “Bisa bebas pemeriksaan atribut nih. Nggak usah brasso ah”, pikirku.
Ketika sampai di kampus serasa mendapatkan kiriman paket buku dari orang yang tidak dikenal. TIBTAR sudah ada di kampus. Hiks... Sebentar lagi giliran aku kena marah dan dapat hukuman.
“Apatis kamu ya!!! Mana respekmu??? Kamu anggap apa senior-seniormu hah? Ketemu di jalan dengan senior kamu tidak mau hormat? Berjalan sambil membaca buku. Kamu dengar tidak? Sudah banyak laporan yang saya terima dari tingkat 2 dan tingkat 3. Apatis kamu!!! Mau di ospek lagi hah???”
“Siap senior.” Ucapannya datar. Tidak menunjukkan emosi dan penyesalan.
“Siap apa hah? Saya tahu kamu selalu datang sepagi ini biar tidak ketemu senior. Biar bebas dari TIBTAR. Biar kamu tidak brasso kan??’
“Siap. Saya brasso senior.”
Senior Ari sedikit bergedik lalu kembali melanjutkan marahnya.
“Kamu tahu, saya datang sepagi ini sengaja biar saya bisa ketemu kamu disini. Kamu belum sarapan pagi kan? Turun kamu 50!!!”
Masih dengan nada datar ia berkata, “Siap senior.”
Aku yang sedikit menjaga jarak di belakangnya merasa kasihan pada Andi. Yah, dia juga sih songong banget. Jangankan sama senior, sama temen sekelas saja kayak gitu.
“Pokoknya setelah ini saya tidak mau mendengar lagi ada laporan tentang kamu. Kalau saja masih ada senior yang protes tentang tingkah laku kamu, saya tidak akan tinggal diam. Ini belum seberapa. Ngerti kamu?”
“Siap, mengerti senior!!!”
“Hey kamu ke sini!!!”
Aku tersentak.
Senior Ari memanggil lagi, “Hey kamu taruniii..........”
“Oh... Si... Siap senior.”
Huff.. Benar aku kena bending.
***
Jam di dinding menunjukkan pukul 7 tepat. Masih 30 menit lagi dari jam pelajaran Aerologi yang dimajukan lebih awal. Sisa waktu ini tidak cukup untuk menyelesaikan tugas Aerologi mengolah data pibal. Namun waktu ini masih cukup untuk menyalin tugas teman. Hehe..
10 menit lamanya, kelas masih saja dihuni kami berdua. “Duh, gimana ini?”, keluhku. Sebentar lagi tugasnya sudah mau dikumpul dan kertas folioku baru bertuliskan Nur Asyahra dan Pleton Meterologi I E.
Aku menoleh ke belakang berharap dia memperhatikanku dan mengerti kegelisahanku. Dia tengah asyik dengan bukunya. Aku diam sejenak. Berpikir dahulu. Yah sudahlah. Tidak ada cara lain. Walau gengsiku harus turun karena meminta PRnya, tidak mengapa.
“Mmm..... Di, bisa lihat tugas Aerologimu nggak?”
Dia mendongakkan kepala. Melepas headsetnya. “Ha?”
Huff..... Masa aku harus mengulang permintaan itu lagi.
“Aku lihat tugas Aeromu donk.”
“Oh...” Dia lalu mengeluarkan kertas folio dari tasnya dan memberikannya padaku.
Ternyata cuma seperti itu. Aku pikir meminta PRnya akan makan waktu yang lebih lama. Cepat-cepat aku mengerjakannya dan selesai tepat pada waktunya. Teman-teman lain baru heboh mengerjakannya sementara aku sudah selesai dan mengembalikkan folio Andi. Saat itu iseng-iseng aku bertanya padanya.
“Kok tadi kamu kena marah senior Ari. Emangnya kamu buat salah apa?”
Dia diam agak lama lalu berkata. “Saya tidak respek pada senior katanya.”
“Emang kamu tidak respek gimana?”
“Saya tidak hormat sama senior waktu ketemu di jalan semalam.”
“Wah pantas aja. Kamu tuh jangan gitu lah. Cuma hormat doang aja gak mau. Ntar juga kalau giliran kita yang jadi senior kita yang dihormatin.”
“Saya tidak tahu ada senior waktu itu. Saya sedang baca buku sambil jalan.”
“Apa? Baca buku di jalan? Hei, kamu nggak boleh kayak gitu. Saat di luar adalah saat kita membaur dengan warga sekitar. Semua orang akan menganggapmu sombong kalau kau seperti itu.”
“Bagiku berjalan tanpa melakukan apa-apa dan sekedar melihat sana sini hanya sebuah kesia-siaan.”
“A... Apa? Heh, kau tahu tidak arti sebuah sapaan? Kau pikir.....” suaraku tiba-tiba terhenti ketika keriuhan anak-anak padam dan ucapan lantang dari Danton.
“Pagi pak!”
Aku bergegas ke bangkuku. “Dia memang menjengkelkan”, keluhku dalam hati.
***
Masih saja aku memikirkan ucapannya pagi tadi. Baginya itu sebuah kesia-siaan? “Hah... Kenapa bisa ada orang yang berpikiran seperti itu. Aku tidak habis pikir.”
“Asaaaaaa........”
Teriakan Rima mengagetkanku.
“Hei... Kau mengagetkanku tahuuu...”, gerutuku padanya.
“Ko serius sekali kah. Ko pikir utang apa? Tidak usah terlalu dipikir itu utang di Warteg. Sebentar lagi TID cair ee.”
Haha.... Rima nih kalau ngomong pasti lucu. Dialek sulawesinya masih dipakai. Aku yang pernah diajarinya juga tidak mau kalah.
“Ah, tidak ji. Siapa yang berutang di warteg beh.”
Dia tertawa. “Sudah pintar mi pale Asa malogat di.”
“Hahahaha......” Kami berdua tertawa.
“Eh Rim, Andi itu ngeselin banget ya. Sudah songong, sombong, gak mau membaur, mahal senyum lagi. Ih.....”
“Haha.... Iyo dang. Sa juga heran sama itu anak. Tidak ada yang bisa buat dia tertawa dan menangis kayaknya.”
“Hahaha....... Kalo kata Mario, dia itu si songong dari gua batu, mantan Kepala BMKG. Hihihihi.... Nggak ada orang yang senang dengan dia kecuali dosen-dosen.”
“Eh, tapi ko sudah dengar cerita? Waktu DAUROH kemarin yang di Puspitek Tangerang, kata teman-teman dia sedikit terbuka. Dia bisa membaur sama teman-teman liqo’. Apalagi saat games puisi berangkai yang kita disuruh menuliskan 1 kalimat puisi secara berganti-gantian. Setelah puisinya digabung, lucu sekali. Dia sampai tertawa terbahak-bahak. Teman-teman pada heran.”
“Wah.. Dia bisa kayak gitu juga ya... Hihihihi.....”
***
Perintah Komandan Batalyon memang sangat manjur. Pokoknya semua taruna taruni tingkat 1 wajib datang dan meramaikan Pekan Olah Raga AMG. Pertandingan sore ini dibuka dengan pertandingan basket taruni antara kelas Meteo 1 E dan Geof 2.
Walau kami masih tingkat 1, kami tidak mudah untuk dikalahkan. Kami taruni Meteo I E tidak mudah menyerah. Sampai pertandingan berkahir di kuarter ke-4, kami memimpin poin 12-10. Semua teman-teman bersorak dengan sedikit tertahan. Kami tidak boleh terlalu kegirangan karena senior bisa saja tersinggung.
Aku sendiri duduk dengan terengah-engah penuh senyum kebahagiaan. Pertandingan sore ini tidak hanya membawa kemenangan tapi membawa rasa kebersamaan di antara kami. Sifat masing-masing mulai terlihat. Kami tertawa riang bersama.
Tapi, lagi-lagi, di sudut lapangan sana, ada satu sosok pria yang duduk tenang dengan ponselnya. Senyumku tiba-tiba terhenti ketika melihatnya. Kali ini dia benar-benar keterlaluan. Di saat teman-temannya berjuang membawa nama kelas, dia tidak memberi dukungan. Saat teman-temannya bahagia dengan kemenangan pertamanya, dia diam saja dengan menatap ponselnya. Ku lempar begitu saja bola yang ada di tanganku. Aku mendatanginya, benar-benar marah.
“Hei kau! Bisa-bisanya kau tidak ikut mendukung temanmu yang sedang bertanding! Kau disini malah maen HP!”
Dia menoleh padaku tapi tidak beberapa lama dia balik melihat ponselnya.
“Apa kau tidak bisa menghargai orang lain hah?”
Dia tiba-tiba nyeletuk, ”Yang penting saya datang kan? Kewajiban saya cuma datang ke sini kok.”
“Tapi bisakah kau ikut mendukung kami yang sedang bertanding??”
“Emang ada bedanya saya mendukung atau tidak? Yang penting kan kalian sudah menang.”
Dia kembali melihat ponselnya.
“Apa online itu lebih berharga daripada teman-temanmu ini?”
“Heh? Siapa yang online? Saya sedang baca artikel, Neng.”
Aku terdiam. Apa maksudnya memanggil aku Neng.
“Kalau begitu, apa membaca itu lebih berharga daripada teman-temanmu?”
Dia diam dan tiba-tiba berkata, “Waktuku lebih berharga dari kalian. Waktuku takkan ku sia-siakan dengan kegiatan yang tidak menambah ilmuku. Waktuku sangat berharga untuk ku habiskan menonton pertandingan sepele itu. Waktuku sangat berharga untuk sekedar teriak-teriak di pinggir lapangan seperti orang bodoh. Aku tidak suka waktuku terbuang sia-sia. Aku tidak suka kesia-siaan!”
Bagai disembur pijar panas hatiku sakit sekali mendengarnya.
“Hei!!! Apa kau tahu artinya kebersamaan? Apa kau tahu artinya korsa? Waktumu memang berharga. Tapi waktu yang kau habiskan untuk kebersamaan bukan sebuah kesia-siaan. Kalau kau seperti ini, siapa yang akan berteman denganmu? Kau memang pandai, kau pun rajin. Tapi harus kau tahu kalau semua itu tidak lengkap tanpa teman-teman yang baik yang menyayangimu. Kau tidak mungkin hidup sendiri dan bekerja sendiri. Apa kau tahu? Ilmu itu tidak hanya bisa kau temui di dalam buku. Ilmu itu bisa kau temukan pada teman-temanmu. Pada pergaulanmu. Pada orang lain. Buku yang tiap kali kau baca tidak bisa mengajarkan dan menunjukkan indahnya kebersamaan dan rasa saling menyayangi. Kau cuma pandai berteori! Kau tidak pernah mempraktekkannya! Kau bahkan tidak berniat mempraktekkannya!!!”
Aku diam. Dia diam. Aku beranjak dan mengabaikannya begitu saja. Tidak tahu ekspresinya saat itu seperti apa. Terserah lah.
***
Rasanya hari ini aku memakai jilbab terlalu ketat. Aku kesulitan untuk sekedar menoleh ke lapangan basket demi melihat siapa yang kena marah Danyon. Upacara telah selesai tapi kami masih belum diperbolehkan masuk kelas.
Senior Rianto, Komandan Batalyon Taruna AMG tampil ke depan dengan tongkat di tangan kanannya. Dengan nada suaranya yang khas penuh kekuatan, ia berkata, “Saya menerima laporan, ada taruna tingkat I yang tidak respek pada senior maupun warga sekitar. Saya sudah tahu orangnya. Tidak perlu saya sebutkan di sini. Kalian harus tahu, di sini kalian cuma pendatang dan cuma numpang di rumah orang. Kalian harusnya tunjukkan bagaimana ramahnya anak AMG. Apa kalian yang punya jalan di sini hah? Jalan tidak menyapa warga sekitar karena jalan sambil baca buku. Tidak tahu sopan santun. Berjalan begitu saja tidak mau menyapa seniornya. Apa kalian tidak suka diharuskan hormat pada senior? Kalian mau membangkang di sini???”
Diam. Kami pun ikut terdiam. Pikirku, “Ada taruna tingkat I yang tidak respek? Huh siapa lagi kalau bukan si Andi.”
Senior Rianto kemudian melanjutkan, “Saya tidak ingin hal ini terulang lagi. Saya tidak ingin mendengar laporan yang serupa lagi. Saya sudah terlalu sabar menghadapi tingkah kalian. Demi kebersamaan kalian semua, saya minta 10 putaran.”
“Siaaaappp senioooorrr.......”
Mau tidak mau kami harus mau. Aku hanya bisa mengeluh dalam hati. “Hanya karena kesalahan 1 orang kami semua harus dapat hukum juga??? Ini keterlaluan!!!”
***
Untung saja Jhon Gorrie pandai dan bisa menciptakan AC yang sangat berguna di saat-saat seperti ini. Kalau tidak, aku bisa meleleh saat ini juga. 10 putaran dengan sepatu pantofel yang longgar dan PDH serta jilbab yang ketat ini membuat gerah yang tidak tertahankan. Huff....
Rima yang juga mengalami hal yang sama denganku tiba-tiba nyeletuk di kelas. “Hanya gara-gara ulah 1 orang ini kita semua harus menanggung akibatnya.”
Mendengar celetukan Rima, tiba-tiba saja kelas menjadi tenang. Raut wajah teman-teman yang kecapaian dan kecewa membuat Danton angkat bicara.
“Yah memang benar apa yang dikatakan Rima. Tapi teman-teman tidak boleh mengeluh dulu. Inilah yang namanya kebersamaan. Tiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Diri kita juga. Tidak apa-apalah hari ini kita harus lari bersama 1 angkatan. Yang penting berikutnya harus lebih baik. Dan untuk teman kita yang melakukan kesalahan seperti yang disampaikan Danyon tadi, yah, harus merubah diri. Harus sadar kalau sampai dia mengulanginya lagi, teman-temannya juga ikut jadi korban. Kalau dia tidak mengapa dengan hukuman dari senior, dia harus memikirkan bahwa teman yang lain malah yang merasa mengapa dengan hukuman itu. Yah saya tidak bermaksud sok bijaksana di sini. Tapi saya harapkan kelas kita menjadi inspirasi untuk yang lain. Kita harus menjadi kelas yang paling kompak dan korsa. Semangat kawan-kawan!”
Suasana masih saja hening. Aku menoleh ke belakang, penasaran dengan ekspresinya. Di belakang, Andi sedang berdiam diri. Tatapannya lurus keluar jendela. Kosong. Sepertinya ucapan Danton cukup mengena baginya. Biarlah. Biar dia memikirkannya.
***
Minggu UTS ini membuatku jadi langganan sakit kepala. Pelajaran kemarin yang aku bawa ke alam mimpi menjadi sebuah karangan bunga beraneka ragam sekarang berubah menjadi kaktus yang penuh duri. Saat-saat seperti ini adalah saat-saat dimana aku iri dengan otak jeniusnya Dedek Jimmy Newtron. Huh!!! Minggu ini ku beri nama Minggu Berduri.
Sebenarnya bukan cuma aku yang menanggung sakit kepala di minggu-minggu UTS ini. Teman-teman lain pun mengakui hal yang sama. Sebagai penyelesaian polemik Meteo I E ini, kami mengadakan acara Belajar Bareng di basecamp kelas kosan Mario.
Semua tatapan menuju ke arah pria yang sama. Tidak perlu dengan ucapan, tatapan itu sudah menggambarkan kebingungan dan harapan yang sangat besar. Dia tersenyum kecil dan sekali berdehem. Katanya, “Baiklah. Ini akan jadi pengalaman pertama saya.” Oh syukurlah, pesan tatapan itu tersampaikan. Andi mengerti kesulitan kami.
Dasar dia mungkin keturunan guru, aku lebih mengerti Matematika dijelaskan olehnya daripada oleh Pak Slamet. Sedikit ada harapan kabar gembira untuk orang tua di Purwokerto. Paling tidak tebakan Ayah untuk nilaiku kali ini bisa meleset.
Di saat seperti ini aku harus merubah pandanganku dan mengakui bahwa orang yang dapat menyelesaikan soal diferensial memang lebih hebat daripada orang yang bisa memasukkan bola dengan lemparan three points dalam 10 lemparan berturut-turut. Harus ku akui pujian dosen-dosen padanya tidak berlebihan. Dia memang pandai.
Aku terdiam seketika. Aku baru menyadari bahwa ia mulai bisa membuka diri pada kami. Dia mulai membaur dengan kami. Tertawa dengan kami. Ini sebuah perubahan besar. Suatu hal yang jarang sekali terjadi.
***
Tidak perlu membahas UTS yang telah berlalu hari kemarin. Pertandingan semi final futsal di sore ini membangkitkan semangatku. Jadwal pertandingan kali ini mempertemukan kelas Meteo 1 E dengan Meteo 3 B. Lawan kali ini cukup berat. Sampai saat kemarin futsal kami masih terus maju dan tinggal selangkah lagi untuk masuk final.
Pertandingan kali ini tidak hanya oleh para pemain futsal kedua belah kubu namun para suporternya pun saling bertanding siapa yang paling heboh. Bendera, toa dan spanduk tidak lupa disiapkan untuk menyemangati teman-teman yang sedang berjuang. Sampai pada akhir babak pertama skor masih sama 0-0. Pertahanan yang baik diberikan oleh keduanya.
Berikutnya di babak terakhir ini suasana menjadi semakin panas. Tanpa sengaja pemain tengah kami yakni Hamid menabrak senior Ilyas yang tinggi besar. Hamid jatuh hingga keluar lapangan. Untung saja cuma lecet sedikit. Namun lecet itu tetap membuat ia tidak mau bertanding lagi.
Danton kebingungan memikirkan siapa yang akan menggantikan Hamid. Sebagian teman kelas kami juga sedang berjuang di ruang kuliah umum melawan kelas Meteo 1 A dalam pertandingan tenis meja. Tidak ada waktu lagi. Danton sendiri tidak bisa bermain. Akhirnya ia meminta pertolongan Andi untuk menggantikan posisi Hamid. Pikirku, mana mungkin dia mau membuang-buang waktunya hanya untuk mengikuti pertandingan yang baginya sepele ini. Namun tanpa diduga, ternyata ia menyanggupinya. Aku melongok keheranan. “Loh kok bisa????”
Time out telah berakhir. Semua pemain kembali ke lapangan. Dalam sisa waktu terakhir ini, kedua belah kubu tidak mau mengalah. Saling serang menyerang. Beberapa tembakan ke gawang berhasil digagalkan oleh pemain garis belakang. Sampai menit-menit terakhir, karena kelelahan yang sangat, pemain Meteo 1 E mulai tidak fokus. Tiba-tiba saja serangan dari arah tegak lurus gawang menciptakan sorakan meriah dari suporter di seberang lapangan. Oh tidak, kami kecolongan. Habislah.
Skor sementara menjadi 1-0 untuk kemenangan senior Meteo 3 B. Dan skor ini pun terus bertahan hingga peluit panjang tanda pertandingan selesai terdengar.
Raut kecewa dan kelelahan sangat jelas di wajah-wajah pejuang Meteo I E. Padahal tinggal selangkah lagi kami akan maju ke final memperebutkan emas. Sayang sekali.
Dalam nafas yang terengah-engah, suara penuh penyesalan terdengar.
“Maaf teman-teman, saya tidak bisa menyesuaikan permainan. Sejak saya masuk, permainan kita jadi kacau balau. Pertahanan jadi buruk dan akhirnya kita kalah.”
Hah? Subhanallah. Baru kali ini aku mendengar permintaan maaf darinya. Baru kali ini aku melihat wajah penuh rasa bersalahnya. Ini suatu kejadian langka.
“Nggak di. Nggak benar kalau kekalahan ini karena kesalahanmu. Kita sudah berjuang. Kita tidak lemah. Kita orang yang hebat. Tapi masih ada yang lebih hebat dari kita. Itu saja permasalahannya. Kemenangan bukan segala-galanya. Yang penting kita enjoy di sini bersama-sama.” Ucap Riko sang kapten tim futsal.
Semua diam. Hening. Suasana terasa kaku. Untuk mencairkan suasana aku menyoraki mereka semua. “Semangaaaaaaaaaaaatttttttttttttttt..............”
Mereka lalu tersenyum.
***
Dua minggu di Purwokerto adalah ajang perbaikan gizi bagiku. PDH ini sekarang terasa sedikit lebih sempit. Dengan berbekal kripik tempe dan gethuk goreng aku masuk ke dalam kelas. Walau oleh-olehnya sekedar saja tapi kewajiban membawa oleh-oleh sudah aku laksanakan.
Baru saja aku mau memberikan kripik tempe dan gethuk goreng pada teman-teman, tiba-tiba Andi langsung merebutnya dari tanganku. Aku hanya diam. Tumben dia seperti ini. Dia lalu pergi begitu saja membawa semuanya.
Lagi-lagi Rima mengagetkan aku dari belakang, “Eh yang baru pulang kampung ee senangnya mi. Oleh-oleh dulu kah.”
“Tuh... Ambil aja di Andi.”
“Yaa... Saya keduluan Andi ya.”
“Haha... Tenang aja cinte. Maen aja ke kosan. Masih Buaaanyakkk....”
“Sssttt...... Ayo cepet! Upacara dah mau mulai tuh!” Danton mengingatkan.
Panas terik matahari pagi di hari senin awal April ini tidak mengganggu konsentrasiku. Benar apa yang dikatakan Pak Madrai pembina upacara. Memasuki semester 2 ini, aku harus menjadi lebih baik. Kamarku akan ku penuhi dengan tempelan “AKU HARUS RAJIN BELAJAR”. Sudah cukup membuat tebakan Ayah pada nilai-nilaiku tepat semua. Saatnya berjuang. Yeaaahhh......
Di semester kali ini aku banyak menghabiskan waktu dengan belajar bersama. Kumpul di basecamp dengan teman-teman hampir setiap malam. Walau sebenarnya terkadang kami menghabiskan waktu dengan sekedar berbagi cerita dan bermain kartu. Hehe..
***
Salah satu kegiatan Batalyon di semester kali ini adalah Lomba Ketangkasan Baris Berbaris antar kelas. Danton mengumumkan di depan kelas bahwa sebentar lagi lomba ini akan dilaksanakan. Lomba ini melibatkan 16 orang taruna taruni di setiap kelas. Kami harus dapat menampilkan performa terbaik di depan semua taruna taruni AMG dan pembina dengan melakukan baris berbaris yang baik dan benar.
Karena aku dilibatkan dalam barisan, aku harus latihan tiap sore sampai pada hari perlombaan jumat minggu depan. Pokoknya kami harus bisa menampilkan yang terbaik dari kami.
Lagi-lagi ada kejadian aneh yang sebenarnya entah sejak kapan sudah tidak menjadi aneh lagi. Orang itu mau ketika dipilih Danton masuk dalam barisan LBB. Harusnya ini suatu kabar baik tapi tetap saja aneh bagiku. Apa Andi yakin akan membuang-buang waktunya tiap sore untuk latihan dan meninggalkan semua bacaan-bacaannya di kosan. Entah sejak kapan ia mulai merubah sikap.
Latihan yang tidak tanggung-tanggung. Kami belajar menyamai langkah dan gerakan. Kami belajar mengikuti intruksi dengan benar. Kami belajar baris berbaris yang benar. Kami banyak belajar. Kami pun harus membuat formasi sebagai bahan penilaian. Kami latihan hingga malam. Bahkan sampai latihan di luar kampus karena areal kampus sudah di booking oleh para senior.
Pada hari jumat yang ditunggu-tunggu kami mendapat giliran tampil ke-8. Masih cukup waktu untuk menenangkan hati yang risau. Melihat penampilan teman-teman kelas lain yang rapi dan sangat mengagumkan membuat hati kami menjadi semakin risau dan ciut. Di wajah kami seakan-akan tertulis kalimat dengan huruf kapital tebal miring dan bergaris bawah “SUDAHLAH. KITA TIDAK USAH TAMPIL SAJA”
Bang Zakir, tugas belajar SMA di kelas kami menyadari kerisauan kami. Sebagai abang yang dituakan di kelas, ia menyemangati kami dengan gaya khasnya yang sedikit kaku.
“Pokoknya ntar kalian rileks saja. Tidak usah tegang memikirkan kemenangan atau kekalahan. Yang penting adalah kalian tidak melakukan kesalahan yang berarti. Urusan menang kalah itu tergantung dari penampilan teman-teman di kelas lain. Kalau mereka lebih baik dari kita maka mereka menang. Kalo nggak yah kita yang menang. Iya kan, Sri?” Sri bingung namanya dibawa-bawa. “Tuh lihat Sri. Dia dari berangkat pagi tadi sampai sekarang ini wajahnya tetap sumringah. Kenapa? Karena dia yakin semua akan baik-baik saja. Tidak usah khwatir. Kita sudah berusaha. Ntar lagi kita sampai pada akhir usaha kita. Dan setelahnya kita tinggal berdoa.” Sri masih saja kebingungan.
“Saya setuju sama Bang Zakir.”, Andi memotong. “Kita tidak boleh menyia-nyiakan waktu dan latihan kita sejak kemarin. Sekarang saatnya kita tunjukkan kalau latihan kita bukan main-main. Kita tidak boleh kalah sebelum bertanding kawan-kawan. Ayo semangat!!!”
Yah, Bang Zakir dan Andi memang benar. Kami harus santai saja dan tidak usah terlalu tegang. Semangat semangat semangat.
***
Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Sekolah telah aku lalui dengan penuh perjuangan. Rasa santai dan malas seperti semester awal kemarin sudah berhasil aku kalahkan.
Waktu begitu cepat berlalu. Kebersamaan tidak ada yang abadi. Sesuai dengan sistem yang diterapkan AMG, sebentar lagi kami akan memasuki dunia kerja, dunia orang dewasa. Praktek Kerja Lapangan di seluruh unit satuan kerja BMKG. Rasanya diri ini masih terlalu muda untuk menjalaninya.
Saat-saat mendebarkan menanti pengumuman penempatan pun sudah terlewati. Sekarang rasanya tidak mendebarkan lagi tapi berganti jadi bingung, pusing dan syok. Cukup Rima saja yang senang mendengar kabar penempatanku.
“Tidak salah memang sa ajari ko bahasaku, Sa. Ternyata memang dunia begitu sempit cintee. Kita bisa sekali-kali ketemuan deh. Hehe...”
Dengan sedikit menyemangati diri aku berkata, “Hufff.... Tempat itulah yang mungkin terbaik untukku.”
Malam ini kami berkumpul bersama di basecamp kelas sebelum besok kami akan sibuk mengurus keberangkatan ke penempatan masing-masing. Wajah-wajah para pegawai muda tampak sedikit kusut. Acara malam ini diisi dengan ucapan maaf dan ungkapan bahagia dari semua teman-teman. Danton sendiri dengan suara sedikit tertahan mengucapkan terima kasih kepada kami.
“Ng... Sekarang giliran saya.”
“Mmm..... Malam ini saya ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada teman-teman yang telah mempercayakan pimpinan kelas kepada saya. Yang telah membantu saya dalam mengemban amanah ini. Maaf juga bila ada salah tindakan dan salah ucap selama ini. Intinya, saya menyayangi kalian semua.” Ucapan terakhir itu bukan membuat suasana menjadi romantik malah membuat suasana menjadi gaduh. Disayangi Danton??? Hihi.... Danton, Danton..
Pada malam yang sejuk ini, kejadian langka yang sebenarnya sekarang sudah tidak langka lagi terjadi. Ucapan Andi yang begitu jujur dan terbuka.
“Saya bingung mau berkata apa. Intinya saya berterimakasih pada teman-teman yang sudah sangat baik dan sabar menghadapi saya. Saya tahu kalau saya apatis selama ini pada kalian. Tapi sejak di sini, sejak mengenal kalian, saya banyak belajar. Di sini bersama kalian saya merasakan indahnya kebersamaan. Di sini bersama kaliat saya dapat merasakan hangatnya kekeluargaan,” diam sejenak. Terlihat matanya berkaca-kaca. “Sekarang saya juga mau minta maaf untuk semua kesan buruk yang pernah saya berikan pada kalian. Untuk saat-saat dimana saya apatis tidak peduli kesulitan kalian. Untuk saat dimana saya tidak memberi dukungan ketika kalian sedang berjuang. Untuk saat dimana saya tidak menghiraukan kalian.” Kali ini air matanya mengalir. “Sebelumnya saya tidak pernah merasakan rasa kebersamaan ini. Sebelumnya saya pernah berharap mendapatkannya pada teman-teman saya dahulu. Namun apa? Tidak ada. Saya tidak mendapatkannya. Saya hanya membuang-buang waktu saat itu. Sejak itu saya kecewa. Saya hanya menyia-nyiakan waktuku ketika itu.”
“Tapi sekarang, di sini, di AMG ini, di antara kalian semua, saya banyak mengerti. Betapa kalian sangat berharga. Ntar lagi kita akan berpisah. Berpisah untuk bertemu kembali. Selamat berjuang kawan dan sampai berjumpa lagi. Saya pasti akan merindukan kalian.”
Subhanallah. Kata-katanya sampai ke hati. Dia memang benar. Kebersamaan ini akan berakhir. Kalian semua adalah keluargaku. Aku pasti akan sangat merindukan kalian. Aku harus belajar membiasakan diri melalui hari tanpa kalian. Ini lebih sulit daripada harus belajar membiasakan diri melalui hari bersama kalian ketika pertama kali kita berjumpa di kampus ini. Tapi inilah kehidupan. Ada perpisahan dan pertemuan.
Kami menghabiskan malam ini dengan merenung dan menangis bersama-sama. Kami bertemu di kampus ini dan kami juga harus berpisah di kampus ini. “Selamat berjuang kawan. Sampai bertemu lagi. Semoga di waktu kita berjumpa lagi, semuanya menjadi lebih baik. Amin....”, doaku dalam hati.

SELESAI

Istilah-istilah
1.   AMG : AKADEMI METEOROLOGI DAN GEOFISIKA yang bertempat di Pondok Betung Tangerang
2.   OSPEK : ORIENTASI STUDI PENGENALAN KAMPUS
3.   MADABINTAL : Masa DASAR PEMBINAAN FISIK, MENTAL DAN MORAL
4.   Pleton : kelas
5.   TIBTAR : singkatan dari PENERTIB TARUNA yang tugasnya sesuai dengan namanya.
6.   Aerologi : mata kuliah udara atas
7.   TID : TUNJANGAN IKATAN DINAS yang diperoleh setiap bulan oleh taruna/taruni AMG
8.   BMKG : BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
9.   DAUROH : kegiatan tahunan ROHIS AMG dengan tujuan menciptakan taruna/taruni yang islami
10. Pekan Olahraga AMG : kegiatan tahunan Batalyon AMG yang isinya pertandingan antar pleton
11. Meteo 1 E : nama pleton yakni jurusan Meteorologi tingkat 1 kelas E
12. Geof 2 : nama pleton yakni jurusan Geofisika tingkat 2
13. DANYON : singkatan dari KOMANDAN BATALYON. Sama seperti Ketua Senat Mahasiswa.
14. PDH : Pakaian Dinas Harian yang merupakan seragam kampus
15. DANTON : singkatan dari KOMANDAN PLETON. Sama seperti Ketua Kelas.
16. UTS : Ujian Tengan Semester
17. Batalyon : organisasi ketarunaan yang mengatur segala kegiatan ekstrakulikuler di kampus AMG. Sama seperti SENAT mahasiswa
18. LBB : Latihan Baris Berbaris yang rutin dilakukan setiap jumat pagi setelah olahraga

Selasa, 28 Juni 2011

10 Note mahasiswa teladan

Fitrah manusia adalah sering lupa. Apalagi kuantitas yang harus diingat dengan kemampuan daya ingat manusia tidak sejalan. Ditambah lagi pelajaran kuliah yang buanyaaak banget jadi mengurangi kapasitas otak kita. Daripada lupa dan akhirnya jadi kesal sama diri sendiri. Daripada hari-hari jadi tidak terarah karena tidak ada yang mengingatkan. Ada tips-tips ringan yang bisa kita buat dan tempel di setiap inchi dinding kamar kita. Apa saja????? Lets cekidot :D
Gambar : http://plywoodpeople.com

1. Daftar Kegiatan Harian
Daftar ini sangat diperlukan oleh semua orang dalam segala aspek kehidupan. Apalagi untuk mahasiswa yang super sibuk. Ikut ini ikut itu, hari ini kesini besok kesana. Yang harus dihindari adalah jangan sampai kegiatannya pada bentrok semua. Bisa berabe deh...
Ini adalah salah satu praktek mengelola waktu dengan baik. Bayangkan jika anda tidak tahu harus berbuat apa di hari esok, atau ntar sore, atau 1 jam lagi bahkan anda tidak tahu apa yang harus anda lakukan sekarang? Anda akan rugi besar. Waktu anda akan terbuang sia-sia.
Daftar kegiatan harian ini akan membantu kita mengelola waktu dan kegiatan kita, untuk mengingatkan kita akan agenda ke depan, untuk mengatur kegiatan kita. Paling tidak daftar ini dibuat sampai 2 minggu ke depan. Alangkah baiknya 1 bulan ke depan. Hal ini juga dapat meminimalisir kelupaan dan kelalaian kita. Insya allah kita bisa meraih kesuksesan dengan benar dalam mengelola waktu.

2. Daftar Impian

Tahukah anda apa yang anda inginkan terjadi di masa depan anda???
Jika tidak, jangan berharap anda akan sukses. Mengapa??? Karena orang sukses adalah orang yang berhasil meraih mimpi-mimpinya.
Oleh karena itu kenali dulu diri kita sendiri. Apa yang kita sukai dan kita inginkan. Tuliskan saja semuanya. Kalau perlu tulis besar-besar dengan warna mencolok tebal miring bergaris bawah agar kita selalu melihatnya dan bersemangat untuk meraihnya. Jangan menganggap hal itu mustahil. Kita boleh bermimpi setinggi-tingginya. Tidak ada yang bisa menghukum kita dengan mimpi-mimpi kita. Itu milik pribadi. Hak paten. Tuliskan saja semuanya. Tapi jangan lupa dengan usaha. Karena mimpi akan tetap menjadi mimpi kalau tidak ada usaha dalam meraihnya.
Setiap mimpi yang berhasil kita raih, kita bisa mencoretnya dari daftar dan tulis kapan tercapainya. Ini akan menjadi aktivitas yang sangat menyenangkan.^^

3. Daftar Tugas

Hal ini sangat penting mengingat daya ingat mahasiswa untuk hal-hal yang berat seperti ini diporsikan cukup sedikit. Gimana tidak? Setiap memikirkan tugas kepala langsung pusing dibuatnya. Jadi kebanyakan mahasiswa tidak mau mengingatnya dulu sebelum waktunya.
Sebelum kebablasan sampai hari H tugas belum juga kelar, hal ini bisa diakali dengan membuat daftar tugas. Tugas yang telah selesai dikerjakan bisa dicoret dari daftar dan bersiap untuk mengerjakan tugas selanjutnya.

4. Note ‘saya harus’

‘Saya harus rajin belajar’
‘Saya harus memegang ucapan dan menepati janji’
‘Saya harus selalu bersemangat’
.............
Dll..............
Hal ini sangat berguna dalam keseharian kita. Bukan saja untuk mahasiswa tapi untuk segala profesi. Bayangkan ketika anda sedang bersedih lalu membaca tulisan anda sendiri ‘saya harus selalu bersemangat’, dengan sendirinya anda akan tersenyum. Ini merupakan suatu sugesti dan motivasi dari keinginan diri sendiri yang terkadang kita sering melupakannya.

5. Daftar Utang

Terdengar sedikit lucu sih tapi ini juga perlu loh. Urusan utang piutang itu hal yang sangat penting. Makanya harus selalu diingat. Apalagi mahasiswa perantau yang hidup sendiri. Utang di warteg, warkop, utang puasa, utang sama teman atau sekedar utang nitip fotokopi sama temen. Jangan disepelehkan! Apalagi temannya ngingat-ngingat terus dan masih menganggap itu utang. Daripada lupa dan jadi dosa, mending dicatat aja....

6. Skala Prioritas

Yang dimaksud skala prioritas adalah susunan suatu perihal dari yang paling urgen sampai yang kurang urgen. Kita bisa membuat skala prioritas dari daftar belanjaan. Yang ini lebih utama saya beli dibandingakan yang itu. Susunlah daftar itu berdasarkan tingkat kepentingannya dan tingkat kegunaannya. Dengan begini, kita bisa mengelola keuangan kita. Tidak asal ingin ini ingin itu maka dibeli semua padahal belum ada saat ini pun tidak masalah. Sementara ada hal yang penting yang harus kita miliki akhirnya tidak terbeli karena uang kita sudah habis terpakai. Ckck.....

7. Tulisan-Tulisan Kecil

Cukup tulisan-tulisan singkat dan penuh motivasi. Bisa berupa kalimat yang dicopas dari kitab suci Al-Qur’an, dari ucapan para motivator, dari ucapan orang tua pun bisa ditulis.
Misalnya,
Kata ibu, ‘Harus rajin belajar ya anakku. Orang rajin akan mudah meraih sukses.’
Maka setiap membaca tulisan kecil itu rasa malas pun hilang. Semangat belajar meningkat. Apalagi itu juga termasuk perintah dari ibu. Tambah semangat deh...

8. Daftar Pencapaian Target

Ini sedikit sama dengan daftar impian-impian kita sebelumnya. Namun yang membedakannya adalah impian kita dalam daftar ini ditulis sebagai target bulanan atau tahunan. Misalnya saja tahun 2020 nanti saya akan melanjutkan S-2 di Jepang, atau tahun 2015 nanti saya akan melaksanakan haji bersama ayah dan ibu, atau pun impian-impian lain yang kita inginkan. Jika anda lebih menyukai dalam bentuk gambar, anda bisa membuatnya menjadi sebuah Peta Kehidupan.
Hal ini akan membantu kita untuk merajut masa depan kita sendiri. ^^

9. Daftar Pengeluaran Rutin Bulanan

Sebagai mahasiswa yang tidak mempunyai penghasilan tetap, kita harus pandai-pandai mengelola keuangan. Ini bukan cuma kewajiban para mahasiswa jurusan manajemen keuangan. Ilmu ini harus dimiliki oleh semua orang di manapun berada.
Dalam daftar ini kita bisa menuliskan pengeluaran rutin dan alokasi dananya masing-masing.
Misalnya saja :
Bayar kosan/kontarakan 300rb
Makan 1 bulan 450rb
Arisan 100rb
Mendesak 50rb
Dll
Kemudian kita total semua dananya. Kita tulis rapi-rapi dan kita ajukan ke Menteri Keuangan alias orang tua kita. Setelah di asese, kita tinggal menunggu uangnya cair tiap bulan. Kalau tidak diasese, mungkin kita harus mengalokasikan dananya seminimalisir mungkin. Untuk menciptakan keterbukaan dan melahirkan kepercayaan, kita bisa membuat laporan pertanggungjawaban pengeluaran rutin bulanan untuk orang tua kita. ^^

10. Struk Belanja

Masih dengan tujuan yang sama yakni manajemen keuangan dalam pengeluaran. Menempelkan struk belanjaan terakhir di dinding kamar berguna dalam pengontrolan harga barang. Kita bisa membandingkan harga suatu barang dari struk belanja terakhir dan sebelumnya. Apakah ada kenaikan harga secara signifikan. Kalau iya, kita bisa mempertimbangkan untuk membelinya lagi atau mempertimbangkan untuk berganti super market. Walau Cuma sedikit tapi ketahuilah bahwa banyak itu bermula dari yang sedikit. Hehe...



Try this at home :D

Semangat demi kesuksesan XD

~naya~


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...