laman

Sabtu, 31 Mei 2014

Menuntut Ilmu, Membuka Jalan Menuju Surga

Betapa Allah Maha Pemurah membuka banyak jalan menuju surga-Nya. Banyak amalan ringan yang jika dilakukan dengan ikhlas maka Allah akan mengganjarnya dengan kenikmatan surga. Hal yang bisa dilakukan kapan saja seperti berzikir pada Allah, membaca ayat kursi hingga menyingkirkan gangguan di jalan pun Allah akan balas dengan surga. Subhanallah, tiada balasan yang lebih baik daripada surga.

Kenikmatan surga tidak pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga, atau pun terbetik  di hati seorang pun. Hal ini sebagaimana dibenarkan oleh firman Allah ‘azza wa jalla yang artinya,

“Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.S. As-Sajdah : 17)

Jika manusia tahu bagaimana keindahan surga itu, pastilah manusia akan melepaskan semua keindahan di dunia ini demi surga. Tidak ada duka, hidup kekal dengan nikmat lahir dan batin.

Tiada ruginya bagi seseorang yang menuntut ilmu agama. Ilmu tersebut dalam kesehariannya akan menjadi penerang bagi pemiliknya, sehingga dia tahu bagaimana dia beribadah kepada Allah dengan benar dan bagaimana bermuamalah kepada sesama dengan benar. Tanpa ilmu agama, manusia hanya mengandalkan akal untuk mereka-reka kebenaran dan kebaikan. Padahal akal manusia sangatlah terbatas. Tidak dapat menyamai bahkan menandingi pengetahuan Allah yang Maha luas. Maka tepatlah bahwa ilmu akan bermanfaat di dunia dan di akhirat sebagai pengantar kita menuju surga.

“Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu (agama-pen), maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim No. 2699)

Lantaran mulianya orang-orang yang menuntut ilmu agama, Allah akan mengangkat derajat orang yang berilmu baik di dunia maupun di akhirat. Bahkan Allah mengangkat derajatnya lebih tinggi beberapa derajat daripada orang-orang beriman. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), 

“Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (Q.S. Al-Mujadalah : 11)

Seorang yang berilmu bagaikan cahaya yang mampu menerangi orang di sekitarnya dalam masalah dunia dan akhiratnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya keutaman orang yang berilmu diatas orang yang beribadah bagaikan pancaran sinar bulan purnama di atas pancaran sinar bintang-bintang.” (HR. Ahmad)

Karena islam itu dibangun dengan kebenaran ilmu yang hakiki, maka ketika seseorang menuntut ilmu agama maka ilmu tersebut akan mengantarnya pada kebenaran dan keindahan islam. Ia melakukan segala sesuatu tidak sembarangan tapi berdasarkan ilmu. Ia lebih berhati-hati dalam bersikap. Ia mengetahui segala manfaat dan mudharat akan sesuatu yang ia lakukan. Dan tentunya, ilmunya akan mengantarnya semakin mengenal dan cinta kepada Allah. 

*ditulis untuk mengingatkan aku, kamu, dan kita semua :)

pustaka : 
http://buletin.muslim.or.id/manhaj/menuntut-ilmu-jalan-menuju-surga
http://remajaislam.com/97-indahnya-surga-dahsyatnya-neraka


Sabtu, 17 Mei 2014

Jangan Terlalu Bersedih Jika Tidak Sesuai Harapan

Tentu saja tidak semua angan-angan, mimpi dan harapan kita menjadi kenyataan. Ada kalanya malah terjadi hal sebaliknya dan membuat kita merasa begitu terpuruk. Padahal kita sudah mengerahkan segala usaha dan pikiran kita. Kita telah menghabiskan waktu dan sebagian hidup kita untuk mewujudkannya. Namun pada akhirnya, tetap saja hanya menjadi harapan. Padahal ada orang lain yang usahanya biasa-biasa saja tapi dapat meraih impiannya dengan mudah. Orang tersebut malah mungkin tidak begitu menginginkannya. Kita lalu merasa putus asa dan merasa ini tidaklah adil. Sakit, pasti sakit rasanya. Tapi itu adalah hal yang lumrah dan dialami banyak orang.

Karena hal tersebut maka banyak orang yang tidak mau memberi harapan yang besar pada sesuatu. Atau menggantung impian terlalu tinggi. Karena ketika digantung terlalu tinggi dan kemudian jatuh maka rasanya akan sangat sakit. Lalu apakah salah orang yang berimpian besar? Tidak. Tentu tidak. Impian membuat orang mampu berlari lebih kencang di luar kemampuannya. Impian juga mampu membuat orang buta berjalan tanpa tongkatnya. Itu lah kekuatan hati dan pikiran. Tersembunyi dan kita tidak tahu seberapa besar ia. Lalu jika anda berkata “Hatiku akan sangat terluka nantinya jika apa yang aku harapkan kemudian tidak menjadi kenyataan. Aku pasti akan jatuh terpuruk.” Ya memang benar. Hal itu bisa saja terjadi. Maka dari itu, orang yang memiliki impian besar harus sadar bahwa bahkan sebuah kegagalan pun bukan hal yang sia-sia. Ia harus menaruh busa di bawah gantungan impiannya sehingga ketika ia terjatuh, rasanya tidak terlalu sakit. Selama ia melakukan yang terbaik dalam rangka meraih keberkahan dari Allah maka yakinlah itu tidak akan tersia-sia walaupun yang ia dapatkan hanyalah kegagalan.

Ketika apa yang kita harapkan ternyata pada akhirnya hanya terus menjadi harapan, jangan terlalu bersedih. Mungkin itulah yang terbaik yang Allah berikan untuk kita. Allah tidak mungkin menzalimi hamba-Nya namun hamba-Nya lah yang menzalimi dirinya sendiri. Renungkanlah mengapa Allah tidak mengabulkan harapan-harapan kita. Mungkin karena dosa-dosa kita di masa lalu yang membuat doa-doa kita tidak terkabulkan. Yakinlah bahwa Allah lebih mengetahui apa-apa yang terbaik untuk kita. Apa yang kita harapkan terjadi dalam hidup kita bisa saja itu bukanlah yang terbaik untuk kita. Allah lebih mengetahui sedangkan kita tidak.

Jangan terlalu bersedih jika tidak sesuai harapan. Jadikanlah kegagalan sebagai renungan dan pembelajaran. Pasti ada hikmah di baliknya. Bersedih hingga membuat kita terpuruk tidak akan menyelesaikan masalah. Malah makin memberatkan dan menjadikan diri kita tidak terima dengan keadaan. Padahal betapa banyak karunia dan nikmat yang terkandung pada hal-hal yang tidak disukai dari diri kita. Akan tetapi, firman Allah Yang Maha Agung tentu lebih tepat,

عَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ (٢١٦)
“Boleh jadi, kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah yang paling mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah:216)

Bersedih dan menangisi kegagalan tentu boleh saja. Tapi dalam taraf yang biasa dan tidak meratapinya dengan mengucapkan kata-kata seolah kita menolak takdir dari Allah. Karena bersedih dan menangis banyak manfaatnya. Menangis dapat melembutkan hati dan menghapus kesalahan. Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Sesungguhnya Alloh Ta’ala tidak menyiksa karena air mata atau karena kesedihan hati. Tetapi Dia menyiksa atau mengasihi sebab ini, -beliau menunjuk ke lidah beliau-.” [HR. Muslim 1532]


Pada akhirnya, tetap semangat. Jangan menyerah. Jika sesuatu itu kita yakini sebagai sesuatu yang baik maka perjuangkanlah terus. Jika telah terus berjuang namun gagal, renungkanlah. Mungkin karena ada yang salah dalam prosesnya. Atau karena dosa-dosa kita sehingga kita sangat sulit untuk meraihnya. Terus perjuangkan selama itu adalah sebuah kebaikan. Dan jangan terlalu bersedih jika tidak sesuai harapan jua pada akhirnya.

*Ditulis untuk mengingatkan aku, kamu dan kita semua :)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...