Gunung Semeru – 3676 mdpl
12 Oktober 2012: Aku dan Lis memulai
perjalanan dari Pare Kediri menuju Malang selama kurang
lebih 3 jam dari pukul 10.45-13.35 WIB via bus antar kota. Kami turun di terminal Landung Sari dan
membayar biaya perjalanan sebesar Rp 15.000.
Kami sangat terburu-buru saat itu. Teman
kami, Bastian, Yosi dan Ibel telah sampai terlebih dahulu di Beskem Semeru Pasar Tumpang.
Mereka berangkat dari Jakarta ke Malang dengan kereta api sehari sebelumnya.
Dari Landung Sari, kami melompat ke Arjosari
(sulit sekali membedakannya) dengan angkot LA selama kurang lebih 1 jam seharga
Rp 3.000. Selanjutnya Arjosari ke Pasar Tumpang selama kurang lebih 1 jam naek
angkot lain seharga Rp 5.000. Ternyata perjalanan dari Landung Sari ke Pasar
Tumpang cukup panjang sehingga kami benar-benar telat sampai di Beskem. Padahal
teman-teman kami disana sudah menunggu dari sebelum sholat Jumat. Kami sangat merasa bersalah.
Rencana dan estimasi waktu pun akhirnya berubah. Kami mengacaukannya :(
Kami sampai di beskem sore hari dan segera bersih-bersih. Kami terpaksa harus menginap di rumah Pak Rus (pemilik rumah yang menjadi
beskem) menunggu angkutan ke Ranupane esok pagi. Jalurnya cukup berbahaya
untuk perjalanan malam hari. Angkutannya pun tidak setiap hari karena sistem mereka adalah ketika ada pendaki maka mereka akan memberikan
tumpangan.
Sabtu, 13 Oktober 2012 pada pukul 05.15 WIB
kami memulai perjalanan menuju Ranupane dengan truk Pak Rus. Saat itu ada 17
orang yakni kami 5 orang ditambah rombongan dari surabaya 11 orang yang
bermaksud ke danau Ranukumbolo dan 1 orang pria dari Gresik yang akan menjadi
teman seperjalanan kami. Masing-masing kami dikenai biaya Rp 30.000. Harga bisa berubah-ubah sesuai dengan jumlah penumpang.
Perjalanan menuju Ranupane kalau kata Syahrini, sesuatu banget yaa.. Tanjakan-tanjakan curam, belokan2-belokan tajam, jalan sempit
dan rusak serta kiri kanan jurang membuat deg-degan. Salut sama bapak supirnya
yang bisa menaklukan jalan tersebut. Di tengah perjalanan, kami melalui gunung
Bromo yang lapang dan indah. Apalagi saat itu kami melihatnya dari ketinggian
dan cuaca sedang tersenyum manis, uuhhhh kapasole kuneee.....
Kami sampai di Ranupane pukul 07.00 WIB. Nyampe-nyampe kelaparan. Kami makan nasi kare dulu yang kata kenalan sesama pecinta alam
sangat nikmat. Harganya Rp 9.000 dan rasanya, ya enak.
Sebelum naik, kami harus registrasi dulu
dengan menyertakan fotokopi KTP dan Surat Keterangan Sehat dan biaya sebesar Rp
33.500 untuk 6 orang, aku, Lis, Bastian, Yosi, Ibel, dan Mas Bayu (dari Gresik)
yang kebetulan bertemu kami di sana. Memanglah untuk gunung yang satu ini kita
harus menyertakan surat keterangan sehat yang notabene gunung ini adalah gunung
tertinggi di pulau Jawa dan masih menyemburkan gas beracun. Hiiiyyyy.....
Bastian-Lis-Naya-Ibel-Yosi-Mas Bayu |
Sebelumnya kami mengepak dan memeriksa kembali
barang-barang kami. Semua siap dan kami berangkat pada pukul 08.33 WIB. Sampai di pos
1 pukul 09.40. Lumayan jalannya masih tidak begitu nanjak. Dengan sedikit-sedikit
istirahat (hehe) kami sampai di Danau Ranukumbolo jam 12-an setelah melalui 4
pos sebelumnya. Sudah banyak tenda yang berdiri di Ranukumbolo.
Banyak yang melakukan perjalanan hanya untuk melihat keindahan danau ini. Tujuan akhir mereka bukanlah puncak Semeru melainkan Danau Ranukumbolo. Tapi kami berbeda. Bagi kami, tujuan akhir kami adalah kosan masing-masing. :)
Danau Ranukumbolo |
Di Ranukumbolo kami makan, sholat dan
istirahat (ishoma atau mashoi ya? ^^). Jam 2 siang kami mulai melanjutkan
perjalanan lagi. Meninggalkan keindahan Ranukumbolo dan menyambut keindahan
selanjutnya. Tantangan berikutnya kami harus melalui tanjakan cinta
(aseeekkkk.....) Katanya sih kita ga boleh noleh ke belakang nih. Ini menguji
kesetiaan gitu. Wah cerita darimana dan sejak kapan ya? -,-
Setelah naik tanjakan cinta yang lumayan wow capeknya kami harus menuruni bukit
lagi (Heuh sudah capek2 naek turun lagi. Hufft..). Di hadapan kami terpampang
padang lavender yang ternyata walau semua sudah kering, eh masih cantik juga.
Di belakang kami berdiri tegak bukit Teletabis yang indah. Subhanallah...
Tapi keindahannya tidak berhenti disitu saja. Selanjutnya
kami sampai di Cemoro Kandang yang artinya
kandang cemara. Wuiiihhhh banyak
pohon cemara yang tinggi-tinggi. Terus kalo noleh ke belakang lagi, pemandangan padang
lavender dan bukit teletabis bikin semua lelah hilang.
padang lavender (di belakang tampak bukit teletabis) |
Target berikutnya adalah menuju pos Jambangan.
Jalurnya sih ga nanjak-nanjak banget tapi jauuuhh pisan euy kalau kata orang Sunda.
Biasa kan antar pos tuh deket-deket aja, nah giliran yang ini jauh amat. Di balik
bukit. Di sini kami banyak istirahat karena mungkin tenaga sudah banyak
diforsir pada perjalanan sebelumnya. Kami sampai di jambangan pukul 16.55 WIB.
Dari sini puncak gunung Semeru sudah terlihat. Berdiri kokoh dan tampak gersang
karena dipenuhi pasir pada puncaknya.
Tampak puncak semeru dari pos Jambangan |
Dengan semangat yang tersisa kami lanjut ke
Kalimati. Jalannya turun lewat hutan cantigi dan edelweiss. Ini nih yang bikin
tarik napas panjang. Udah naek eh turun lagi TT. Tapi pemandangan indah yang
terhampar membuat semangat bangkit lagi. Satu hal yang baru saya sadari adalah
bahwa perjalanan sebelumnya dari pagi hingga sore hari hanyalah pembukaan saja.
Ternyata kami masih berada jauh dari puncak. Masih seperti berada di kaki
gunungnya. Perjalanan kami masi panjang. Wooow......
Kami mendirikan tenda di Kalimati. Emang
tujuan nginap para pendaki umumnya di Ranukumbolo dan Kalimati karena di pos-pos ini ada sumber air.
Ranukumbolo kan emang danau tapi yang Kalimati ini ya kali yang mati. Sumber
air ada sih tapi lumayan sekitar 15 menit perjalanan ke arah barat. Sumber
airnya pun terbatas karena cuma cucuran air dari bebatuan jadi harus sabar
menunggu sampai botol penuh.
Ada banyak yang nenda juga nih di kalimati.
Para pendaki dalam maupun luar negeri. Yang dari luar sih biasanya pake porter
jadi lumayan ga begitu capek.
Kami beristirahat dan makan dan tidur
seharian. Membalas perjalanan kami kemarin seharian pula. Menu makannya enak
enak karena ada koki Lis dan Bastian. Seharian nenda
kami pakai untuk beristirahat dan maen kartu dan poto-poto dan kumpul-kumpul. Merupakan
hal yang menyenangkan bisa menghabiskan waktu bersama mereka :).
nenda di kalimati |
Keesokan harinya di hari senin jam 12 malam
kami mulai muncak. Sebelumnya kami minum jahe hangat dulu dan makan bubur
kacang ijo. Biar kuat dan tahan banting. Hahai XD. Ingatlah, tidak usah bawa carier anda ke
puncak. Cukup bawa tas kecil yang isinya minuman, makanan, kamera, alat sholat,
obat-obatan dan keperluan penting lainnya. Jangan lupa memakai kaos tangan, masker,
sepatu dan jaket anti dingin.
Jalan masuk menuju puncak agak membingunkan di
malam hari begini. Kami hampir saja kesasar. Medan berikutnya lain lagi dari
yang sebelumnya. Sekarang kami hadapi jalan yang berdebu dan nanjak abisss... Aku yang napasnya pendek kalo udah gini banyak minta istirahatnya^^.
Sampai di pos berikutnya yaitu Arcopodo 1 jam
kemudian. Kami bertemu 1 rombongan bule-bule itu. Mereka cukup kuat juga.
Selanjutnya menuju puncak. Jalurnya benerbener minta ampun deh. Kali ini beda lagi
yang harus kami hadapi. Pasiiiiirrrr..... kayak di Gunung Merapi tapi yang ini
pasirnya labil beudh kalo kata anak alay. Melangkah naik harus pelan-pelan kalo gak
bisa merosot lagi. Kalo kata lis, naek 3 langkah turun 1 langkah. Untung ada
bulan dan bintang yang menemani perjalanan kami. Trus kalo noleh ke belakang,
hamparan hutan dan bukit-bukit terbentang luas. Oh indahnya Indonesiaku :D. Kurang
lebih 5 jam perjalanan melalui medan berpasir. Aku sudah kedinginan bukan maen
sampai menggigil. Debu dan pasir sudah masuk ke dalam hidung dan mata. Lapar
dan capek. Padahal carier kami (akunya sih daypack aja :D) ditinggal di tenda
dan kami naek dengan enteng. Aku Cuma bawa tas kamera. Lis dan bastian bawa tas
daypack dan Yosi dan Ibel ga bawa apa-apa. Tapi tetep capek banget.
Matahari mulai muncul dari balik bukit.
Bastian dan Ibel sudah duluan di depan dan tidak kelihatan. Yosi, Lis dan Mas Bayu masih di belakang bersama beberapa bule-bule itu. Aku lapaaarrrr.... yang ku
tahu makanan satu-satunya ada sama Bastian yang sudah jauh di atas. Oh Tuhan. Lapar,
menggigil kedinginan dan capek. Rasanya pengen nyerah aja. Biasanya sih kalo
naek gunung ngomongnya, “Kalo ga nyampe puncak kayak ga naek gunung”. Tapi kali
ini bener-bener ga peduli dengan puncak. Udah nyerah aja. Jalannya susah karena
berpasir. Harus pelan-pelan kalo ga merosot ke bawah. Kadang ga ada yang bisa jadi
tumpuan. Dinginnya bukan maen. Kadang harus merangkak. Dan puncaknya belum
kelihatan. Baru kali ini naek gunung kayak gini. Pernah naek Merapi tapi ga
segininya. Yah sekitar 3 jam perjalanan melalui medan berpasir.
Dan karena laparnya bukan maen, aku mencari-cari Bastian dan mengejarnya. Sialnya Bastian sudah sampai puncak. Jadinya aku harus
mengejarnya ke puncak. Sama aja aku ke puncak deh. Ckck... Walau tujuan utama
mengejar es buah yang dibawa Bastian, imbasnya aku sampai puncak deh. Hehe... Dengan sisa2-sisa tenaga yang ada aku menyemangati diriku dengan es buah. Aku naik
3x30 langkah dan istirahat. Begitu terus ku lakukan sampai aku bisa tiba di
puncak. Ku hitung 1 sampai 30 dan ku ulangi sebanyak 3 kali lalu istirahat.
Sepatuku ku benamkan dalam pasir agar aku tidak merosot. Yosi mendahuluiku. Lis
dan Mas Bayu masih di belakang. Aku pikir mereka sudah menyerah karena mereka
masih jauh di belakang.
Dan akhirnya aku sampai di puncak tertinggi
pulau Jawa ini. Aku benar-benar terharu. Aku sampai menangis karena tidak percaya
aku bisa. Aku yang orang Sulawesi ini sudah sampai di Jawa dan sudah sampai di
tempat tertinggi pulau Jawa. Wuiiihhh…..
Gunung Semeru dengan ketinggian 3676 mdpl. Mana dengan
segala keadaan yang sudah aku jelaskan sebelumnya. Benar-benar suatu pencapaian yang luar biasa bagiku. Aku sudah
naek beberapa gunung tapi ini yang paling mengharukan. Hiks...
Aku menunda foto-foto dan menikmati keindahan
puncak ini. Aku harus mengisi perutku yang kosong dulu. Aku langsung menghambur
ke Bastian dan makan es buat dan biskuit (ternyata ada biskuit juga) dibalik
jas hujan. Bukan karena lagi hujan tapi anginnya bikin semriwing. Dinginnya
bikin menggigil.
puncak semeru |
Lis bener-bener serius berganti kostum di puncak
dengan Pakaian Dinas Upacara Besar (PDUB). Pakaian ini merupakan seragam kampus
kami di AMG yang dipakai saat wisuda dan upacara 17-an. Mungkin dia mau
merayakan wisudanya yang baru saja November kemarin dilaksanakan. Lain lagi
dengan Ibel dan Bastian. Mereka sudah menyiapkan batik untuk dipakai di puncak.
Hadeuh... Bener-bener deh. Unik sekaligus lucu. Yosi dan Mas Bayu biasa aja. Aku
sendiri pun sama, tetap dengan jaket Wanasetya yang selalu ku pakai setiap naik
gunung.
Tidak boleh berlama-lama di
puncak. Sekitar jam 10 pagi gas beracunnya sudah mulai keluar. Kami harus
segera turun. Turunnya lebih enak dan lebih cepat karena tinggal meluncur aja
di atas pasir. Ya tetap harus hati-hati sih. Dan perhatikanlah jalan keluarnya. Jangan sampai
kesasar seperti aku waktu itu. Lantaran aku lewat jalur yang berbeda dari yang
lain. Tetaplah dalam rombongan karena jalur keluarnya agak susah ditemukan. Paling
tidak kalo kesasar, kesasar rame-rame. Hehe….
Kami segera balik ke Kalimati, istirahat. Kemudian di sore hari kami segera beranjak menuju Ranupane
dimana Pak Rus sudah menunggu kami dengan truknya siap membawa kami balik ke
pasar Tumpang, beskem Semeru.
Keesokan harinya kami
semua balik ke tujuan kami masing-masing. Aku dan Lis balik ke Pare menyelesaikan
kursus bahasa inggris kami. Bastian dan Yosi menuju Surabaya untuk melanjutkan
perjalanan berikutnya ke Gunung Rinjani di Mataram. Ibel balik ke kampungnya di
Bogor. Dan mas Bayu balik ngantor ke Gresik.
Kami sudah melakukan berbagai perjalanan
mendaki gunung. Mulai dari ketika kami tergabung dalam Wanasetya. Banyak cerita
yang terjadi. Berbeda pada setiap perjalanan. Dan bagiku mungkin inilah
pendakian terakhir bersama mereka. Setelah ini kami akan berpisah dan
menjalankan kehidupan masing-masing. Balik ke daerah penempatan masing-masing. Mungkin
masih ada kesempatan di lain waktu tapi aku menyangsikan bisa bersama mereka
lagi. Aku pun menganggap mungkin inilah pendakian gunungku yang terakhir.
Saatnya pulang ke rumah. Ke kendari, Sulawesi Tenggara.
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk anda
sekalian. Mungkin tidak seseru kisah 5 cm tapi aku pastikan ini adalah kisah
nyata dari kami 6 orang pendaki gunung dari berbagai daerah. Untuk para pendaki
semoga bisa menjadi gambaran akan gunung semeru. Untuk yang bukan pendaki
semoga mendapatkan gambaran akan keindahan gunung semeru dan perjuangannya.
Salam pecinta alam ^^